Implementasi Digitalisasi Faskes – gudintek.com. Teknologi yang berkembang pesat telah diadopsi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Termasuk salah satunya yaitu pelayanan kesehatan, dimana digitalisasi fasilitas kesehatan (faskes) kini sudah mulai dilakukan. Akan tetapi, ada tantangan transformasi digital di perusahaan yang harus dihadapi di sini.
Karena meskipun menawarkan banyak manfaat, tentu sebuah perubahan tidak akan serta-merta terjadi begitu saja. Tidak heran jika transformasi digital belum 100% diimplementasikan pada semua faskes. Lantas, apa saja tantangan yang dimaksud? Yuk cari tahu.
Apa Itu Digitalisasi Faskes?
Sebelum membahas lebih jauh mengenai tantangan yang harus dihadapi dalam transformasi digital, yuk pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan digitalisasi faskes itu sendiri. Jadi digitalisasi faskes diartikan sebagai proses transformasi teknologi di bidang kesehatan, tujuannya yaitu untuk membantu meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Termasuk di antaranya fasilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, puskesmas, klinik, maupun praktik dokter mandiri. Dengan adanya digitalisasi tersebut, maka pengelolaan data rekam medis pasien dapat dilakukan lebih baik. Ini akan meminimalisir masalah seperti data hilang atau tercecer, yang diakibatkan oleh human error ketika pengelolaan data dilakukan secara konvensional.
Tantangan Transformasi Digitalisasi Faskes
1. Masalah Biaya
Salah satu tantangan transformasi digital di perusahaan dalam meningkatkan pelayanan fasilitas kesehatan yaitu terkait masalah biaya. Sebab bagaimanapun juga transformasi digital membutuhkan investasi finansial yang tidak bisa dibilang sedikit. Meskipun ke depannya akan membantu menghemat biaya, tapi dibutuhkan investasi yang signifikan untuk biaya awal.
Biaya awal tersebut diperlukan untuk membangun infrastruktur digital, pelatihan, hingga pemeliharaan. Lantas bagaimana cara menghadapi tantangan biaya ini? Solusinya yaitu fasilitas kesehatan perlu mengalokasikan sumber daya yang dimiliki dengan hati-hati.
Kebutuhan mendesak dengan tujuan jangka panjang harus diseimbangkan agar hemat biaya dengan pendekatan yang strategis. Evaluasi juga diperlukan, apakah digitalisasi harus dilakukan dengan membangun sistem sendiri atau menggunakan vendor.
2. Kesadaran untuk Berubah
Apabila seseorang sudah terbiasa dengan pola tertentu, sudah pasti akan sulit untuk berubah. Karena pada dasarnya sikap mental, karakter, dan pola pikir seseorang itu dipengaruhi oleh kebiasaan. Jadi sangat wajar jika kesadaran untuk berubah dapat menjadi salah satu tantangan terbesar dalam implementasi digitalisasi faskes.
Guna mengatasi resistensi terhadap perubahan, maka diperlukan penjelasan secara komprehensif tentang digitalisasi faskes tersebut. Tenaga kesehatan maupun pasien harus diberi pengertian mengenai apa manfaatnya melakukan digitalisasi.
Dalam hal ini, para staf harus dilibatkan sejak dini untuk mengatasi kekhawatiran yang mungkin terjadi. Jika dibutuhkan, tawarkan pula pelatihan untuk menumbuhkan pola pikir positif terhadap digitalisasi faskes. Setelah transformasi mulai dilakukan, maka prosesnya harus dipantau untuk memastikan bahwa sosialisasi transformasi digital berjalan dengan baik.
3. Integrasi Sistem Lama
Integrasi dengan sistem lama merupakan salah satu tantangan transformasi digital di perusahaan yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Karena mengintegrasikan sistem lama yang sudah ada dengan teknologi baru bisa menjadi hal yang rumit.
Akan tetapi hal itu tetap diperlukan, karena ini memastikan bahwa seluruh bagian perusahaan bekerja sama secara harmonis. Supaya integrasi sistem berjalan lancar, maka pihak manajemen dan TI fasilitas kesehatan harus berkolaborasi. Kedua pihak perlu merencanakan peningkatan sistem, menilai kompatibilitas, serta mempertimbangkan strategi migrasi data.
4. Keamanan Data
Terkait keamanan data, ada plus minus dari implementasi digitalisasi faskes. Kelebihannya, data tidak akan mudah hilang dan sangat gampang untuk mencarinya ketika dibutuhkan. Sebab data-data kesehatan pasien akan disimpan dalam sistem yang sudah terintegrasi. Sehingga kapan saja dibutuhkan, staf bisa langsung mencarinya di database.
Namun di lain sisi, keamanan data pasien juga memiliki risiko setelah adanya transformasi teknologi kesehatan. Adanya ancaman cyber seperti virus atau malware hingga hacker akan mempengaruhi keamanan dan privasi pasien. Oleh karena itu, diperlukan adanya protokol keamanan sesuai dengan standar berlaku yang harus dimiliki oleh fasilitas kesehatan.
5. Kurangnya Literasi Digital
Tantangan transformasi digital di perusahaan lainnya yaitu kurangnya literasi digital. Meskipun teknologi sudah merambah berbagai aspek kehidupan masyarakat di era digital, tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak daerah di Indonesia yang belum terjamah. Kesenjangan digital ini memunculnya adanya tantangan kurangnya literasi digital di beberapa fasilitas kesehatan.
Jadi untuk mendapatkan pelayanan efektif, semua kalangan seperti staf, tenaga medis, maupun pasien harus memahami penggunaan aplikasi faskes. Demonstrasi produk secara langsung mungkin diperlukan, misalnya dengan mengadakan sesi pelatihan klinik-klinik hingga rumah sakit.
6. Ketergantungan pada Teknologi
Siapa sangka jika ketergantungan pada teknologi juga dapat menjadi salah satu tantangan implementasi digitalisasi faskes. Karena teknologi yang begitu membantu tidak jarang membuat seseorang menjadi malas.
Mereka bergantung pada teknologi tersebut, sehingga tidak dapat melakukan apa pun ketika sistem mengalami kegagalan teknis atau gangguan. Untuk mengatasinya, staf diharapkan mampu sefleksibel mungkin, baik bekerja dengan memanfaatkan teknologi digital maupun secara manual.
Itu dia beberapa tantangan transformasi digital di perusahaan yang harus dihadapi. Menghadapi tantangan tersebut, belum lama ini Indosat telah mendukung implementasi digitalisasi di 16 puskesmas dan satu klinik di Lampung. Sehingga diharapkan kegiatan pengobatan dapat dilakukan lebih cepat. Harapannya, semua faskes di Indonesia ke depannya juga bisa begitu.